ZONAINDUSTRI.COM | Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen mendorong pengembangan industri kerajinan nasional melalui pendampingan dan fasilitasi yang melibatkan berbagai pihak, seperti Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Dekranasda, dan pemerintah daerah.
Upaya ini ditujukan agar industri kerajinan dalam negeri mampu menguasai pasar lokal sekaligus menembus pasar global, serta berkontribusi signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan pelakunya.
“Industri kerajinan Indonesia terus menunjukkan ketangguhan pascapandemi, dengan ekspor yang tetap stabil sejak 2021,” ujar Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, yang juga menjabat Sekjen Dekranas, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (22/6).
Ekspor Konsisten, Indonesia Masuk 15 Besar Dunia
Reni mengungkapkan, ekspor kerajinan nasional pada 2024 mencapai USD 679,02 juta dan telah menembus USD 158,78 juta pada triwulan I 2025. Indonesia juga menempati peringkat ke-15 dunia sebagai eksportir produk kerajinan, dengan pasar utama di China, Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda.
“Ini adalah sinyal kuat bahwa produk kriya Indonesia memiliki peluang besar di pasar internasional, yang harus terus didorong melalui sinergi lintas stakeholder,” ujarnya.
Tiga Kekuatan Industri Kerajinan: Branding, Kemasan, Desain
Menurut Reni, agar mampu bersaing di pasar global, pelaku industri kerajinan harus memperkuat tiga aspek utama: branding, packaging, dan desain.
“Branding membangun citra dan cerita produk, kemasan harus menarik dan melindungi barang, sementara desain adalah kunci diferensiasi di tengah persaingan,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi terhadap pelaku IKM mengenai tren pasar, teknologi produksi, pemasaran digital, serta standar kualitas internasional.
Sinergi Dekranasda Jadi Kunci Akselerasi
Reni mendorong Dekranasda di tingkat kota/kabupaten hingga provinsi untuk menyelaraskan program kerja dengan visi-misi Dekranas. Fokus utamanya mencakup regenerasi perajin, peningkatan daya saing, penguatan kerja sama, perluasan pasar, dan integrasi IKM ke dalam rantai pasok global.
“Pembina kerajinan harus punya strategi konkret dan inklusif, melalui diskusi yang membangun dengan seluruh pemangku kepentingan,” tegasnya.
Pada 2025, Dekranas telah menyiapkan program unggulan, seperti Musyawarah Nasional, HUT Dekranas, pelatihan produk kriya, Dekranas Award, hingga Pameran Kriyanusa. “Kami berharap seluruh program ini melibatkan berbagai pihak—mulai dari pemerintah, akademisi, desainer, influencer, asosiasi, hingga marketplace—agar dampaknya lebih luas dan berkelanjutan,” ujar Reni.
Dukungan Kalbar: Kerajinan sebagai Penggerak Ekonomi
Dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Pengukuhan Pengurus Dekranasda Kalimantan Barat Masa Bakti 2025–2030, Reni juga memaparkan peluang dan arah kebijakan industri kerajinan nasional.
Rakerda yang mengusung tema “Melestarikan Warisan, Menciptakan Nilai: Regenerasi, Kolaborasi, dan Inovasi untuk Kerajinan Kalbar Berdaya Saing” ini dihadiri pengurus Dekranasda kabupaten/kota se-Kalbar.
Ketua Dekranasda Kalbar, Erlina Ria Norsan, menegaskan komitmennya untuk mengangkat kerajinan lokal tidak hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai produk ekonomi unggulan.
“Kalbar punya kekayaan kerajinan seperti anyaman, tenun, dan ukiran. Karya ini harus mampu beradaptasi dengan dinamika ekonomi agar tetap menjadi sumber penghidupan bagi para perajin,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan dengan pemerintah pusat, akademisi, dan komunitas kreatif agar industri kerajinan Kalbar makin kompetitif.
(Kemenperin.go.id)