ZONAINDUSTRI.COM | Menteri Perindustrian (kemenperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam kelompok BRICS bukan sekadar aliansi ekonomi, tetapi simbol solidaritas negara-negara berkembang dalam membangun sistem global yang lebih adil, setara, dan inklusif.
“BRICS memberi peluang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai kekuatan ekonomi Global South, sekaligus memperluas kerja sama industri, inovasi teknologi, investasi, dan transformasi digital,” kata Agus dalam keterangannya dari Brasil, Jumat (23/5).
Dalam rangkaian kunjungan kerjanya menghadiri Pertemuan Menteri-Menteri Industri BRICS ke-9, Agus menyampaikan komitmen Indonesia untuk mendorong transformasi industri nasional menuju era digital dan berkelanjutan melalui program Making Indonesia 4.0.
“Kita ingin pastikan bahwa digitalisasi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau benar-benar menjadi bagian dari strategi pembangunan industri nasional, bukan sekadar slogan,” tegasnya.
Perkuat Hubungan Bilateral Indonesia-Brasil
Pada Kamis malam (22/5), Menperin juga bertemu diaspora Indonesia di Brasilia. Ia menyampaikan bahwa Indonesia dan Brasil telah menjalin hubungan diplomatik sejak 1953, dengan nilai perdagangan kedua negara mencapai lebih dari USD 7 miliar pada 2024. Komoditas utama ekspor Indonesia ke Brasil meliputi kendaraan bermotor, minyak sawit, dan alas kaki.
Dalam pertemuannya dengan Wakil Presiden Brasil, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di sektor bioenergi, industri dirgantara, dan ekonomi hijau berbasis sumber daya terbarukan.
“Kita tidak ingin hanya menjadi pasar, tapi juga pusat produksi dan inovasi. BRICS adalah wahana untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan,” jelas Agus.
Dorong Partisipasi Indonesia dalam Program Strategis BRICS
Pemerintah juga aktif mendorong partisipasi dalam sejumlah program BRICS, seperti BRICS Center for Industrial Competences, PartNIR Innovation Centre, dan SME Working Group Action Plan 2025–2030. Agus menilai program-program tersebut sangat relevan untuk memperkuat sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Kinerja Manufaktur Indonesia Terus Meningkat
Agus turut memaparkan kinerja positif sektor manufaktur nasional. Pada triwulan I-2025, industri pengolahan nonmigas tumbuh 4,31% (y-o-y), dengan kontribusi terhadap PDB nasional mencapai 17,50%. Nilai ekspor sektor ini sebesar USD 52,9 miliar, dengan investasi mencapai Rp 179,7 triliun.
Dari sisi global, Indonesia mencatat Manufacturing Value Added (MVA) sebesar USD 255,96 miliar pada 2023. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan MVA keempat tertinggi di BRICS, setelah Tiongkok, India, dan Brasil.
Di kawasan Asia, Indonesia berada di posisi kelima setelah Tiongkok, Jepang, India, dan Korea Selatan. Sementara di ASEAN, Indonesia memimpin, melampaui Thailand dan Vietnam.
Komitmen terhadap Ekosistem Industri Berkelanjutan
Menperin menegaskan bahwa keanggotaan BRICS akan mendorong Indonesia menciptakan ekosistem industri yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan. Fokus utama pemerintah adalah menjembatani kesenjangan teknologi antara industri besar dan IKM, serta memperkuat infrastruktur, insentif, dan pengembangan SDM industri.
“Kami ingin memastikan seluruh pelaku industri, besar maupun kecil, dapat mengambil bagian dalam revolusi industri keempat,” ujar Agus.
Ia menutup pernyataannya dengan harapan agar diaspora Indonesia turut berkontribusi dalam memperkuat peran Indonesia di forum internasional. “Kunjungan ini bukan hanya soal diplomasi atau industri, tapi membawa pesan solidaritas dan semangat membangun jembatan global untuk masa depan Indonesia,” pungkasnya.
(Kemenperin.go.id)