KARAWANG | ZONAINDUSTRI.COM | Indonesia terancam menghadapi ledakan jumlah tunawisma dalam waktu kurang dari satu dekade. Peringatan ini disampaikan Direktur Jabar Urban Research, Ade Hasan, yang menilai urbanisasi tanpa kendali, harga properti yang kian melambung, serta minimnya lapangan kerja menjadi kombinasi berbahaya yang bisa memicu krisis sosial serius.
“Perambahan kota tanpa dukungan peningkatan pendapatan masyarakat berisiko menciptakan populasi tunawisma yang signifikan dalam waktu singkat. Harga lahan dan sewa melonjak tajam, sementara daya beli masyarakat menurun akibat terbatasnya akses lapangan kerja,” tegas Ade Hasan. (Kamis, 11/9/2025)
Urbanisasi dan Ancaman Kesenjangan
Fenomena perambahan kota dalam dua dekade terakhir telah mengerek harga lahan, sewa rumah, hingga kontrakan di berbagai daerah. Kondisi tersebut membuat hunian semakin sulit dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Bersamaan dengan itu, daya beli terus tertekan akibat sulitnya lapangan kerja.
Menurut Ade Hasan, solusi yang dapat ditempuh bukan sekadar membangun kota pintar atau smart city yang seringkali hanya menguntungkan korporasi besar, melainkan dengan menahan laju urbanisasi serta memperkuat peran desa.
“Desa harus diperkuat sebagai basis ekologi dan ekonomi, bukan hanya disulap menjadi perkotaan yang mewakili kepentingan swasta besar. Kita lebih butuh desa sebagai penyangga ekologi ketimbang membangun kota semu,” ujarnya.
Data Terkini: 3 Juta Jiwa Terancam Tanpa Rumah
Berdasarkan laporan berbagai sumber resmi, jumlah tunawisma di Indonesia diperkirakan sudah menembus 3 juta jiwa, dengan lebih dari 28 ribu orang berada di Jakarta. Jumlah gelandangan dan pengemis yang tercatat secara khusus mencapai sekitar 77.500 orang, tersebar di kota-kota besar.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat kemiskinan nasional per Maret 2024 turun menjadi 9,03 persen atau 25,22 juta jiwa. Meski menurun, kesenjangan tetap tinggi: kemiskinan di perdesaan mencapai 11,79 persen, jauh lebih besar dibandingkan perkotaan yang berada di angka 7,09 persen.
Data ini, menurut Ade Hasan, menunjukkan adanya potensi tekanan sosial berkelanjutan apabila urbanisasi terus dipacu tanpa diimbangi pembangunan ekonomi yang inklusif.
Rekomendasi Solusi
Untuk mencegah krisis tunawisma di masa depan, Ade Hasan menyampaikan empat rekomendasi utama:
1. Melambatkan laju perambahan kota dengan menahan ekspansi urban tanpa dukungan ekonomi masyarakat.
2. Memperkuat ekonomi desa sebagai pusat ekologi dan ketahanan ekonomi rakyat.
3. Evaluasi program smart city, agar lebih berpihak pada pengurangan kesenjangan sosial.
4. Mendukung percepatan Program 3 Juta Rumah yang diinisiasi Bang Fahri Hamzah sebagai solusi penyediaan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Ringkasan Statistik Utama
Indikator Angka/Keterangan
Jumlah tunawisma nasional ± 3 juta jiwa
Tunawisma di Jakarta > 28.000 orang
Gelandangan & pengemis nasional ± 77.500 orang
Tingkat kemiskinan nasional 9,03% (25,22 juta jiwa)
Kemiskinan perdesaan 11,79%
Kemiskinan perkotaan 7,09%
Kesimpulan
Ade Hasan menekankan bahwa tanpa intervensi serius berupa penyediaan rumah layak, pemberdayaan ekonomi lokal, serta kebijakan urbanisasi yang lebih berkeadilan, Indonesia berpotensi menghadapi ledakan jumlah tunawisma dalam 10 tahun ke depan. Kondisi ini, katanya, bukan hanya masalah tempat tinggal, melainkan ancaman stabilitas sosial dan ekonomi nasional.
(Hd)