ZONAINDUSTRI.COM | Industri kecil dan menengah (IKM) sektor bahan bangunan kini memiliki peluang besar untuk memproduksi material yang berkualitas dengan memanfaatkan limbah batu bara. Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), limbah hasil pembakaran batu bara yang tergolong non-B3, dinilai potensial sebagai bahan baku alternatif untuk batako dan paving block.
“Kami mendorong pemanfaatan FABA sebagai substitusi bahan baku batako dan paving block, guna meningkatkan daya saing IKM sektor bahan bangunan,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, di Jakarta, Jumat (23/5).
Perkuat Kolaborasi, Tingkatkan Akses Bahan Baku
Reni menyebutkan, Kemenperin terus merumuskan kebijakan pemberdayaan IKM melalui standardisasi, penguatan teknologi, serta penciptaan wirausaha baru. Kolaborasi lintas sektor, terutama dengan BUMN, dinilai krusial untuk menjamin ketersediaan FABA bagi IKM.
Beberapa IKM binaan Ditjen IKMA bahkan telah menjalin kerja sama pemanfaatan limbah batu bara bersama PT PLN Indonesia Power. Guna memperluas kemitraan ini, Ditjen IKMA dan PT PLN (Persero) resmi menandatangani Nota Kesepahaman pada 22 Mei 2025.
“Nota Kesepahaman ini menjadi landasan hukum untuk kerja sama IKM dan PLN dalam pemanfaatan FABA, termasuk pertukaran data dan pengembangan program bersama selama tiga tahun,” jelas Reni.
Bimtek dan Uji Produk Berbasis FABA
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugroho menambahkan, Ditjen IKMA telah menggelar bimbingan teknis (bimtek) pembuatan batako dan paving block berbasis FABA di berbagai daerah, seperti Lombok yang bekerja sama dengan PLTU Jeranjang.
“Bimtek ini membekali pelaku IKM dengan keterampilan mengelola limbah menjadi produk bernilai jual tinggi. Mereka dilatih mengenal karakteristik FABA, meracik komposisi bahan, hingga menguji ketahanan produk,” terang Bayu.
Hasilnya, batako berbasis FABA berhasil memenuhi standar SNI untuk uji tekan, dengan daya tekan mencapai 316 kg/cm². Selain itu, produk tersebut lebih murah dan memiliki nilai keberlanjutan tinggi dibandingkan material konvensional.
Bayu menegaskan bahwa IKM harus adaptif dalam memanfaatkan limbah industri, rumah tangga, maupun pertanian. “Kami akan terus menjajaki kerja sama serupa di PLTU lain agar lebih banyak IKM dapat mengakses pelatihan dan bahan baku alternatif,” tutupnya.
(Kemenperin.go.id)