ZONAINDUSTRI.COM | Industri makanan dan minuman (mamin) terus menunjukkan peran strategis dalam menopang perekonomian nasional. Didukung sumber daya alam yang melimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat, sektor ini memiliki peluang besar untuk terus tumbuh dan berkembang.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyampaikan bahwa industri mamin Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang positif, terutama pasca-pandemi Covid-19.
“Pada triwulan I tahun 2025, Produk Domestik Bruto (PDB) industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 6,04 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas sebesar 4,31 persen dan PDB nasional sebesar 4,87 persen,” ujarnya dalam peresmian Pabrik PT PepsiCo Indonesia dan peluncuran produk baru Lay’s, Cheetos, serta Doritos di Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat, Rabu (18/6/2025).
Faisol menambahkan, kontribusi sektor mamin terhadap PDB industri pengolahan nonmigas tercatat sebesar 41,15 persen. Sementara itu, nilai ekspor sektor ini mencapai USD11,78 miliar (termasuk minyak kelapa sawit), memberikan sumbangsih sebesar 22,42 persen terhadap total ekspor industri pengolahan nonmigas triwulan I-2025.
Dari sisi investasi, industri mamin mencatat realisasi modal sebesar Rp22,64 triliun pada awal 2025, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp9,03 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp13,60 triliun. Hal ini mencerminkan tingkat kepercayaan tinggi para pelaku usaha terhadap iklim industri dalam negeri.
Faisol menyampaikan apresiasi atas investasi PT PepsiCo Indonesia sebesar USD200 juta (sekitar Rp3,3 triliun) dalam pembangunan pabrik pertamanya di Indonesia. Pabrik ini telah beroperasi sejak 13 Januari 2025, dengan tiga lini produksi berkapasitas total 24.000 ton per tahun, dan menyerap hampir 400 tenaga kerja.
“Kehadiran pabrik ini tidak hanya memperkuat industri makanan ringan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja serta mendorong substitusi impor. Ini menandakan pasar dalam negeri masih sangat potensial dan menjanjikan,” jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa pasar makanan ringan Indonesia, yang sebagian besar didominasi oleh generasi milenial dan Gen Z (sekitar 55 persen populasi konsumen), memiliki nilai pasar sebesar USD3,87 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 8,13 persen hingga 2029.
Kementerian Perindustrian juga mengapresiasi komitmen keberlanjutan PepsiCo Indonesia, yang bekerja sama dengan 200 petani kentang dan 200 petani jagung dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, melalui program pengembangan bibit unggul dan peningkatan produktivitas petani lokal.
Selain itu, perusahaan dinilai telah menerapkan prinsip keberlanjutan melalui penggunaan 100 persen air daur ulang dan energi listrik terbarukan dalam proses produksinya.
“Kami berharap PT PepsiCo Indonesia terus menciptakan dampak positif, baik dalam peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, maupun keberlanjutan lingkungan,” tambah Faisol.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyatakan bahwa kehadiran PepsiCo menjadi simbol kepercayaan global terhadap potensi industri mamin nasional.
“Investasi ini membuktikan bahwa Indonesia bukan hanya pasar besar, tetapi juga basis produksi yang kompetitif. Kami terus mendorong pengembangan industri mamin berorientasi ekspor, bernilai tambah tinggi, dan berbasis bahan baku lokal,” ujarnya.
Kemenperin, kata Putu, akan terus mendukung industri mamin melalui berbagai program strategis, seperti fasilitasi teknologi modern, peningkatan daya saing produk, pelatihan SDM industri, hingga penguatan rantai pasok dari hulu ke hilir.
CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin, menuturkan bahwa Indonesia memegang peranan penting dalam rencana pertumbuhan jangka panjang PepsiCo di kawasan Asia Pasifik.
“Pabrik baru ini dibangun di lahan seluas 60.000 meter persegi, dan memproduksi makanan ringan favorit konsumen menggunakan bahan baku lokal. Ini merupakan wujud nyata komitmen kami untuk mendukung ekonomi lokal dan komunitas petani,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa investasi ini memperkuat kontribusi perusahaan terhadap pembangunan industri domestik, penciptaan lapangan kerja, dan mendukung agenda keberlanjutan nasional.
(Kemenperin.go.id)