ZONAINDUSTRI.COM | Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat industri galangan kapal nasional sebagai sektor strategis yang menopang perekonomian dan mendukung program hilirisasi. Dengan lebih dari 17.000 pulau, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dinilai memiliki potensi besar sebagai kekuatan maritim utama di Asia Tenggara.
“Sektor perkapalan menjadi andalan moda transportasi logistik dan penumpang. Peran strategis ini mendapat perhatian serius dari pemerintah,” ujar Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam pembukaan The 1st Indonesia Maritime Week 2025 di Jakarta, Selasa (27/5).
Saat ini terdapat 342 galangan kapal aktif tersebar di 29 provinsi, dengan kapasitas bangun mencapai 1 juta DWT dan kapasitas reparasi 12 juta DWT per tahun. Industri ini telah menyerap lebih dari 46.000 tenaga kerja.
Wamen Riza menekankan bahwa galangan kapal nasional telah mampu memproduksi berbagai jenis kapal, seperti kapal niaga, kapal penumpang, kapal militer, hingga kapal ekspor seperti Landing Platform Dock (LPD) yang diproduksi PT PAL Indonesia untuk Filipina. “Capaian ini menunjukkan kemampuan industri dalam memenuhi kebutuhan kapal berkualitas, baik domestik maupun internasional,” jelasnya.
Industri komponen kapal pun turut berkembang. Hingga kini, terdapat 127 perusahaan komponen bersertifikasi kelas laut dan lebih dari 560 sertifikat TKDN telah diterbitkan. Kandungan lokal dalam kapal tertentu bahkan telah mencapai lebih dari 40 persen.
Namun di tengah transformasi digital dan tuntutan global terhadap dekarbonisasi, Indonesia dituntut beradaptasi. “Kami tengah menyiapkan peta jalan industri galangan kapal yang mencakup digitalisasi, inovasi desain kapal rendah emisi, penguatan ekosistem komponen lokal, dan penyiapan SDM berkompetensi tinggi,” kata Riza.
Kemenperin juga mendorong kerja sama regional di Asia dalam hal standardisasi, rantai pasok komponen, dan ekspor produk maritim intra-Asia. “Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kapal menengah untuk kawasan Asia Tenggara, serta pemain utama ekspor kapal niaga dan kapal perikanan ke Pasifik dan Afrika,” tegasnya.
Rencana itu sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam Indonesia–Brazil Business Forum di Rio de Janeiro pada November 2024, bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 40.000 kapal perikanan berukuran 150–300 GT untuk memaksimalkan potensi perikanan nasional.
Dalam forum tersebut, Riza juga menyampaikan perlunya meningkatkan jumlah pelabuhan internasional di dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan industri perkapalan. “Minimal harus ada 25 pelabuhan internasional aktif jika ingin bersaing dalam perdagangan global,” ujarnya.
Kemenperin mengajak seluruh pemangku kepentingan—baik dari pemerintah, industri, akademisi, maupun investor global—untuk bersama membangun masa depan industri maritim yang lebih kuat, hijau, dan kompetitif. “Kami siap menjadi mitra dan penggerak transformasi industri perkapalan Asia,” tutup Riza.
(Kemenperin.go.id)