ZONAINDUSTRI.COM | JAKARTA | Kebiasaan mencuci tangan mungkin terlihat sepele, namun sejarah membuktikan bahwa tindakan ini menyelamatkan banyak nyawa. Pada tahun 1800-an, Ignaz Semmelweis, seorang dokter di Austria, menemukan bahwa tingginya angka kematian ibu melahirkan disebabkan oleh tangan para dokter yang tidak bersih setelah melakukan autopsi.
Ia mewajibkan cuci tangan dengan larutan kapur klorin sebelum menangani pasien, dan angka kematian pun menurun drastis. Temuan ini menjadi tonggak penting dalam dunia medis, meski awalnya ditolak oleh komunitas medis saat itu.
Di era modern, Presiden Barack Obama dalam konferensi pers yang menandai 100 hari pertama masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat menekankan pentingnya mencuci tangan dalam pidatonya saat pandemi flu babi sebagai langkah utama pencegahan penyebaran virus.
Dalam pidato tersebut, ia menyampaikan bahwa tindakan sederhana seperti mencuci tangan dan menutup mulut saat batuk “terlihat sepele, tetapi memiliki dampak besar” dalam mengurangi penularan penyakit.
Di tempat kerja, mencuci tangan bukan hanya soal kebersihan pribadi, tetapi juga bagian dari keselamatan kerja. Profesi seperti food handler wajib mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani makanan untuk mencegah kontaminasi silang.
Petugas kebersihan dan tenaga medis juga berisiko tinggi terpapar bahan kimia dan mikroorganisme. Penyusun artikel sendiri pernah menangani seorang petugas kebersihan yang mengalami dermatitis kontak akibat sisa bahan kimia pembersih yang tertinggal di tangan setelah melepas sarung tangan, karena tidak mencuci tangan dengan benar.
Kasus ini menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan yang buruk dapat langsung berdampak pada kesehatan pekerja.
Berbagai studi telah membuktikan bahwa mencuci tangan secara konsisten dapat menurunkan risiko penyakit akibat kerja. Penelitian oleh Nayla Kamilia Fithri (2019) menunjukkan bahwa pekerja cleaning service di Jakarta Utara yang tidak memiliki kebiasaan mencuci tangan memiliki risiko tiga kali lebih tinggi terkena dermatitis kontak dibandingkan mereka yang rutin mencuci tangan.
Studi lain oleh Rendi Sinanto dan Sitti Djannah (2020) menyimpulkan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara signifikan menurunkan risiko infeksi dan merupakan bagian penting dari sanitasi total berbasis masyarakat.
Di tingkat internasional, WHO merilis agenda riset global tentang kebersihan tangan yang menyoroti pentingnya cuci tangan dalam mencegah infeksi terkait pelayanan kesehatan dan resistensi antimikroba. Selain itu, studi oleh Tartari et al. (2024) menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan tinggi memiliki angka infeksi nosokomial yang lebih rendah.
WHO menganjurkan tujuh langkah mencuci tangan yang benar, mulai dari membasahi tangan, menggosok seluruh bagian tangan termasuk sela-sela jari dan kuku, hingga membilas dan mengeringkan dengan tisu bersih.
Perusahaan memiliki peran penting dalam membentuk budaya cuci tangan yang baik, seperti menyediakan fasilitas yang memadai, mengadakan pelatihan rutin, dan menetapkan kebijakan kebersihan sebagai bagian dari SOP kerja. Di sisi lain, pekerja juga harus aktif menjaga kebersihan tangan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan lingkungan kerja.
Mencuci tangan bukan hanya tindakan higienis, tetapi juga langkah preventif yang sangat penting dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
Maka, jadikan kebiasaan ini sebagai bagian dari rutinitas harian di tempat kerja, dan dorong semua pihak untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman dengan membudayakan kebiasaan cuci tangan untuk semua pekerja.6
Penyusun Boy Hidayat, Praktisi Kedokteran Kerja.(Red)